Logo Kebersamaan Tim
Editorial OnlyExclude Editorial
Be member and upload your own & no-copyright HD png image! Including transparent png clip art, cartoon, icon, logo, silhouette, watercolors, outlines, etc. .
Sepakbola dan sejarah suatu bangsa memang tak mungkin dilepaskan. Demikian pula dengan Indonesia. Sejatinya, periode awal sejarah sepakbola negeri ini mencerminkan "ikatan" antara kita dan Belanda. Dan hal inilah yang ditunjukkan lewat logo klub.Ini karena kompetisi dan klub-klub perserikatan sebenarnya mengadopsi apa yang dulu dilakukan penjajah kolonial. Klub-klub lokal diadu terlebih dahulu dalam turnamen dalam kota sebelum akhirnya saling bertempur dalam stedenwedtrijden melawan kota-kota lain.Di Jakarta, Thor, Excelsior, HBS membentuk Bataviasche Voetbal Bond (BVB). Sementara di Bandung, UNI, Sparta, Sidolig, Hercules bergabung dalam Bandoeng Voetbal Bond -- BVB juga. Hal ini juga terjadi kota-kota lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika diterjemahkan, bond sendiri berarti serikat. Secara harafiah,
sendiri adalah gabungan dari klub-klub lokal satu tempat.
Sejarah logo-logo klub sepakbola di bumi nusantara dimulai bersamaan dengan maraknya klub-klub olahraga di kota-kota besar macam Batavia, Bandoeng, Medan dan Soerabaia di awal abad 19. Logo tersebut dipakai sebagai identitas dan pembeda.
Biasanya, lambang klub ini akan dijahitkan pada sebuah bendera untuk kemudian diarak keliling lapangan sebelum pertandingan gelar.
Tetapi, pencantuman logo pada seragam klub bola sendiri sudah dimulai sejak tahun 1920-an. Ini terlihat dari kliping berita mengenai sebuah klub asal Batavia yang melakukan tur ke Singapura pada 1924. Dari foto di bawah terlihat bahwa inisial "B" dipasangkan pada seragam tersebut. Huruf itu adalah inisial dari "Bengal", nama klub bersangkutan.
Saya belum menemukan data otentik sejak kapan klub-klub pribumi di Indonesia menggunakan logo di dada. Namun, saya yakin bahwa pada masa-masa awal kemunculan klub pribumi pada 1920-an itu pemakaian emblem-emblem klub sudah lazim digunakan. Entah itu dipasang di bendera, pamflet, atau mungkin seragam di lapangan.
Dan kecurigaan itu terbukti benar! Foto di bawah menegaskan bahwa klub-klub "lokal" pada masa itu pun lazim memakai logo dalam seragam mereka. Gambar di bawah adalah skuat klub lokal semarang PS Asor di tahun 1923.
Lain untuk klub, lain pula untuk perserikatan atau
Betapa sulitnya mencari rupa emblem
pribumi pada dekade 1930an. Padahal, sejak 1930 PSSI sudah mengadakan turnamen antarkota.
Pada era itu, klub-klub sepakbola belum mengenal kostum
. Satu tim memiliki satu seragam dengan satu macam warna.
Kemudian masalah muncul karena begitu banyak tim-tim yang memiliki warna sama. Contohnya adalah Persib Bandung dan PSIM Yogyakarta yang sama-sama memakai biru-putih. Untuk menyiasati hal ini, semacam emblem berbentuk kotak ditempel di dada salah satu tim sebagai tanda pembeda.
Adalah PSIS Semarang di turnamen tahun 1937 yang sudah memakai emblem dalam seragam mereka. Saya mendapati foto di bawah dari majalah
edisi November 1937. Ini menarik, karena pada klub-klub lain saya belum menemukan seperti itu.
Mayoritas klub lebih memilih seragam polos. Mereka mengidentifikasikan sifat personal lewat warna seragam bukan logo.
Terlihat dari foto di atas bagaimana embles PSIS yang teramat sederhana; hitam-putih dan hanya bermain-main dengan tipografi. Hal ini wajar, karena pada tahun-tahun itu dunia desain logo mulai terpengaruh aspek industri berupa penggunaan huruf sebagai objek identitas.
Sejarah sepakbola sarat dengan pergerakan menentang penjajahan. Ini tak hanya terjadi di Amerika Latin namun juga di tanah air tercinta.
(IVB) yang berdiri tahun 1927. Serikat ini adalah cikal bakal dari PSSI (baca:
) dan memposisikan diri sebagai bagian dari resistansi. Ini terlihat dari pemilihan logo yang mengadopsi mentah-mentah simbol gulo klopo, identitas Pangeran Diponegoro. Tentu saja ini membuat Belanda kesal hati!
Terlebih lagi IVB diisi orang-orang nekat. Warna merah-putih, yang saat itu terlarang, malah digembor-gemborkan secara terang-terangan oleh mereka.
Uniknya, warna yang sakral itu tak boleh dipakai oleh tim abal-abal. Ini karena ada aturan seperti pada balapan sepeda, bahwa sang juara turnamen IVB saja yang berhak mengganti warna seragam menjadi merah-putih. Sayangnya turnamen ini hanya berlangsung dua tahun. Akhirnya IVB bubar dan muncul federasi baru, yaitu PSSI.
Aroma perlawanan klub-klub mulai digalakkan pasca kongres Sumpah Pemuda dengan jargon "berbahasa satu bahasa Indonesia". Lewat bahasa inilah mereka merepresentasikan sebuah perlawanan terhadap penjajahan.
Pada masa 1930-an, Persis Solo, PSIM Jogjakarta, Persib Bandung dan klub yang namanya diawali dengan "Per" lainnya tentu lebih nasionalis ketimbang VIJ (cikal bakal Persija), SIVB (Cikal bakal Persebaya) serta
pribumi lain yang tetap kukuh memakai bahasa Belanda hingga masa 1950-an.
Tapi perihal resistansi yang terwujud dalam simbol-simbol, saya belum menemukannya. Ini karena memang sukar menemukan emblem dari
pribumi pada era 30-an.
Sejak kapan pengelolaan perserikatan jadi bagian dari pemerintahan? Sejak Indonesia mulai mendapat kemerdekaan. Memasuki dekade 1950-an, saat sepakbola nasional mulai menggeliat, Soekarno mulai mempolitisasinya. Olahraga memang jadi bagian dari kekuasaan Soekarno lewat demokrasi terpimpinnya.
Lantas bagaimana klub-klub di Indonesia kini mengadopsi mentah-mentah logo-logo dari pemerintah daerah setempat di mana mereka berasal? Untuk menjawabnya, kita harus kembali ke dasawarsa 50-60-an.
Seperti dijelaskan pada awal tulisan, kompetisi kita menganut mentah-mentah apa yang dilakukan Belanda. Karena itu, pada hakikatnya Persib Bandung, PSM Makassar, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya dan lain-lain bukanlah sebuah klub sepakbola tetapi bond.
Semenjak tahun 1950-an,
mutlak mesti di bawah kendali pemerintah daerah. Ini karena saat bertarung di kejuaraan nasional mereka membawa panji-panji daerah. Jadi wajar saja jika mereka mengadopsi logo pemda sebagai identitas dari diri mereka.
Sebenarnya, dalam soal surat menyurat ataupun hal administrasi lainnya, logo-logo tersebut sudah mulai dipakai sebelum tahun 1955. Tetapi emblem-emblem logo pemda yang menempel di dada mulai tenar pada akhir dasawarsa 50-an.
PSM Makassar, Persidja Djakarta dan Persebaya yang memulainya di kompetisi 1959. Sedangkan Persib sendiri baru memulai di tahun 1961, itupun berkat ide dari budayawan Raden Ading Affandi.
Ketika kita menyinggung logo pemda yang diadopsi jadi logo perserikatan, bagi saya itu bukan masalah. Tapi tentu saja jika hal itu ditilik dari konteks pada masa lampau. Tapi, jika ditarik dari sudut pandang pada zaman sekarang, saat keberadaan bond murni berubah menjadi klub, tentu jadi bermasalah. Apalagi dari aspek legalitas hukum atau hak cipta, yang tentu juga salah.
logo ini sebenarnya hanya terjadi pada
yang berusia uzur. Bagi bond-bond yang berusia muda, semisal Persik Kediri atau PSS Sleman, kelahiran klub ini disertai juga dengan munculnya logo yang baru. Dengan lihai mereka memodifikasi kekhasan suatu daerah menjadi identitas visual baru.
Dan penggunaan idenditas kedaerahan pada logo sebenarnya sah-sah saja.
di luar sana hal itu lazim terjadi. Misalnya saja Manchester City dengan perahu-nya, Liverpool dengan burung liver-nya atau AS Roma dengan kisah serigala Romus dan Remus-nya.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mereka dengan rela hati memodifikasinya, menyesuaikan dengan zaman, dan tak mentok tetap keukeuh mempertahankan logo itu dengan alasan historikal belaka.
Berbicara mengenai logo pada sepakbola lokal, lalu muncul pertanyaan menggelitik. Mengapa logo PSSI tak pernah muncul sebagai emblem pada
timnas? Bukankah PSSI sudah berdiri sebelum republik ini merdeka? Bukankah juga PSSI bagian dalam pergerakan kemerdekaan?
Menarik memang. Pada saat negara-negara lain menggunakan logo federasi sebagai emblem di
, Indonesia memilih berbeda. Apakah ini karena jiwa nasionalisme PSSI yang teramat tinggi hingga memilih
? Atau memang publik yang menghendaki demikian?
Secara satir, banyak yang berpendapat bahwa dari logo saja sudah terlihat mengenai kepengurusan PSSI yang tersisihkan. Namun apa betul demikian?
Setelah merdeka, timnas pertama kali menggelar laga resmi tepatnya 27 Februari 1951 melawan Sino Malay klub Singapura. Dari foto di bawah terlihat bahwa penggunaan emblem di dada belum begitu populer dalam sepakbola, termasuk timnas kita.
timnas memang masih bersih polos tanpa adanya emblem-emblem apapun. Baru pada tahun 1959 lah lambang garuda mulai muncul di dada para penggawa timnas, berkat permintaan Bung Karno. Politik bermain dalam kasus ini.
Pada tahun itu, era Demokrasi Terpimpin ala Soekarno dimulai. Olahraga pun jadi alat eksperimen terpenting Soekarno menjadikan politik sebagai panglima. Sejak saat itulah emblem garuda pancasila mulai memasuki sepakbola, menjadikannya sebuah identitas kebangsaan bangsa Indonesia.
Sepakbola memang sarat dengan nasionalisme. Sebenarnya, adalah hal yang lumrah jika lambang negara mulai mejeng di
timnas negara-negara lain. Tapi, seiring dengan berkembangnya zaman, tren itu mulai berganti dan modifikasi pun terjadi. Logo federasi jadi pilihan utama, meskipun ada beberapa negara yang masih meniru lambang negara seperti Spanyol.
* Akun twitter penulis: @aqfiazfan dari